Sabtu, 28 Februari 2015

Untuk Langit yang Jauh

Untuk langit yang jauh 

aku tak lagi sama seperti yang dulu 
aku juga bukan lagi untuk cahaya yang terang benderang 
hidup tanpa arah dijalan tikung menikung berbelok tajam 
bersama asa yang terukir untuk bersama 

bunga putih sudah pergi ditibas angin gelombang bersahaja 
tak lagi kosong untuk bersama 
tajam bersama buah-buah yang manis 
disana aku senang berada dalam angan yang ditingkap marapuh 

pergi jauh menuju ambang biru yang pekat nan damai 
berada jauh untuk bersama mu biru bersehaja

Setitik Benderang

Setitik benderang 

Ketika tuhan punya kamu dan kamu 
tanpa pilih dia memberi cahaya 
aku tahu dia timbangan emas dunia akhirat 
memberi karya yang benar-benar maha dahsyat 

aku tahu kalau tuhan itu ada dan satu 
merawat senja dalam merah dan jingga 
hitam dan putih warna bumi sementara ini
meratapi jengah kelam takjub benderang di tanah tua ini 

filosifi hidup sudah tumpah ruah jadi satu 
tanpa hakikat dan hakikiti yang kuat dan bersehaja 
ketika bulan tumbuh jadi indah dan jadi sosok mata seluruh dunia
ketika matahari punya duri yang dia banggakan 

lalu, kita bisa apa? 
tanpa karya kita tidak bisa jadi orang 
dialah tuhan yang benar-benar memberi cahaya

Jumat, 27 Februari 2015

Keram oleh Luka

Keram oleh Luka

lembaran janji kau buat untuk menutupi kedok dirimu
mengungkapkan kajian-kajian kosong bagai rentetan debu yang jingga
menghafal gerak langkah setiap insan yang berputar
aku tahu siapa kamu sebenarnya

di terkam kelam binatang bukan lagi pantangan
mulut sadis yang tak pernah ada gemboknya
tidak lagi jadi pandangan bidadari surya
berselanjar hingar dalam takjub langit

buah kosong tanpa biji dalam tanduk
menyadari dirimu yang sudah punya penyanggah yang tak dikenal
menjadi kan aku seorang penjahat ulung
cerdik bak sang diktator penguasa

rentetan alunan sudah kau petik dan kau enyah
rintihan tanpa kasih sudah kau tebas tak tersisa
aku tahu kamu itu begitu 

Selasa, 24 Februari 2015

Risalah Hati

Risalah Hati 

Temaram jingga memawarnai sang penjaga 
dilirik dusta kelam merana 
hancur lebur dibuat keram yang berkuasa 
disini aku jauh berada 
ditikam kelam dibuat merana 

aku tahu aku bukan kamu yang sanggup membalik karma 
jatuh tersungkur tanpa penerang yang kekal 
aku juga tahu bukan aku yang berada 
filosofi mentah buah metana

jika jingga telah lenyap dimakan hitam yang kuat
aku hanya kelap abu-abu yang tak terlihat 
aku yang disini jauh berbeda 
meratapi sang punguk yang hilang dimakan batu